Sabtu, 12 September 2009

UPACARA ADAT SEREN TAHUN

Diawali dengan adanya musyyawarah/pertemuan antara para tokoh adat dari Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana serta utusan dari Baduy Panamping yang bertemoat di Cikeusik dan dipimpin Puun Cikeusik. Adapun yang hadir pada musyawarah tersebut adalah: Girang Serat, Baresan 9, Jaro Tujuh, jaro Tangtu dan Jaro Tanggungan 12 juga Jaro Dangka dengan maksud :
a. Menentukan lokasi untuk pembuatan Ladang ( Huma ) Serang di 3 tempat ke Puunan/ di 3 Tangtu Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik. Serta 1 tempat di Baduy panamping
b. Menentukan waktu yaitu, hari tanggal dimulainya pengerjaan lading
Pada musyawarah tersebut masing-masing yang hadir memberikan saran, pendapat dan usulan-usulan sehingga hasil musyawarah dapat menyimpulkan dan keputusan ditentukan oleh Puun Cikeusik yakni tentang dimana tempat yang akan dijadikan Ladang/ Huma Serang dan waktu dimulainya garapan Ladang/ Huma.
Huma Serang adalah lading Kolektif yang dikerjakan secara gotong royong dan hasilnya disimpan di Lumbung padi Khusus yang dapat digunakan untuk selamatan upacara adat, menjamu tamu, membantu orang jompo, yatim piatu, bisa dipinjamkan tapi kalau sudah panen dikemudian hari harus mengembalikan. Pengerjaan Huma serang dikerjakan didahulukan , sebelum mengerjakan ladangnya masing-masing.
Pada penentuan dimulainya garapan lading/Huma pada musyawarah tersebut masing-masing peserta musyawarah memberikan pendapat sesuaai dengan pengalamannya supaya pada waktu panananman padi selalu berbarengan dengan datangnya musim hujan dan keadaannya selamat serta menghasilkan panen yang memuaskan .
Untuk menghitung supaya tepat pada saatnya muim hujan turun mereka pada malam hari sekitar jam 24.00 wib melihat posisi bintang kidang atau bintang waluku, apabila posisinya telah bergeser kesebelah Barat miring ke Selatan , kemudian tanda yang lain adanya pada tanah yang berlubang telah ditutup oleh serat kawa-kawa ( jaring laba-laba ), atau adanya lubang semut telah dilindungi oleh tanah yang tersusun rapih ( berbentuk lingkaran Tanggul ), maka itu semua merupakan tanda-tanda bahwa musim hujan akan segera datang atau hujan akan segera turun .
Selesai bergotong royongmengerjakan huma serang dan penanamannya di pimpin oleh Girang serat maka baru mengerjakan pekerjaan diladangnya masing-masing. Pada waktu penanaman padi di ladang/huma tradisi di Baduy diiringi oleh Angklung Buhun dengan tarian Seseroan dengan jumlah pemainnya sebanyak 12 orang yaitu antara lain: 2 orang penari (sero ), 2 orang pemegang bedug, 8 orang lagi memainkan angklung: Roel 1+11, Torolok, Engklok, Indung Leutik, Gimping, Dongdong, Ringkung dan angklung Indung.
Adapaun maksud dan makna daari angklung Buhun ini nada dan suaranya bagaikan suara katak yang bersahut-sahutan dalam situasi angin yang kencang dan suara hujan yang deras, dan sipenari sero/ lingsang menggambarkan liingsang yang sedang bergembira pada waktu hujan.
Jadi maksud adanya permainan Angklung Buhun :
1. Untuk memohon segera diturtunkannya hujan
2. Pemberitahuan kepada semua warga Baduy memulai penanaman padi di lading
Selanjutnya setelah mendengar adanya tanda-tanda tersebut di atas, maka secara serempak semua warga Baduy memulai pananaman padi diladangnya masing-masing dan tidak lupa dengan memasang isarat daun Pelah di tancapkan menurut adat maksudnya untuk sarat keselamatan tanaman padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar